Follow, Like, Share:
Official Store:
Radio Lansia – Di tengah upaya pemerintah mengurangi angka pengangguran, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) melalui Balai Perluasan Kesempatan Kerja Bekasi menggelar layanan kewirausahaan bagi kelompok rentan. Acara yang diselenggarakan pada Rabu, 10 September 2025, ini diharapkan dapat melahirkan wirausahawan baru yang inklusif dan berdaya saing.
Menteri Ketenagakerjaan, Prof. Yassierli, S.T., M.T., Ph.D, membuka acara ini dan menekankan komitmen pemerintah untuk perluasan kesempatan kerja yang inklusif. “Kami memandang bahwa tenaga kerja, kesempatan bekerja, itu semuanya harus inklusif. Memberikan kesempatan yang sama kepada semua orang, bahwa semua orang berhak untuk mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkarya dan bekerja di bangsa ini. Dan ini adalah amanat undang-undang. Setiap pekerja berhak mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang layak,” ujarnya.
Beliau juga menambahkan bahwa kegiatan ini membuktikan kehadiran pemerintah dan menjadi motivasi untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa. “Dan memang kami ingin amanat undang-undang juga bahwa 1 persen pekerja yang ada di industri harus diisi oleh teman-teman tenaga kerja khusus dan disabilitas,” tambahnya.
Wakil Walikota Bekasi, Dr. Abdul Harris Bobihoe, M.Si., yang turut hadir dalam acara ini, menyambut baik inisiatif Kemnaker. “Saya hadir bersama Menteri Tenaga Kerja, dalam acara pelatihan kewirausahaan,” katanya.
Saat berbincang dengan Radio Lansia (10/9), Abdul Harris menyoroti beberapa kategori peserta, termasuk lanjut usia dan disabilitas. “Ini saya kira luar biasa. Karena apa? Kita inginkan bahwa keterbukaan tenaga kerja itu, bukan hanya dimonopoli oleh orang yang normal saja, tapi lansia juga kita kasih kesempatan,” tegasnya.
Abdul Harris juga memuji pelatihan yang sudah berbasis teknologi digital. “Kami tadi melihat bahwa ini sudah maju kepada bagaimana kita menggunakan teknologi digital. Untuk wirausaha bagaimana mereka memasarkan secara online,” katanya.
Lebih lanjut, Abdul Harris juga memastikan adanya dukungan dari Pemkot Bekasi, termasuk bantuan permodalan. “Kita akan memberikan permodalan kepada mereka, dan kita anggarkan setelah APBD kita ada. Di Bekasi ini ada anggaran untuk modal kerja buat para pekerja awal, tapi yang sudah dilatih,” jelasnya.
Rahayu Sri Palupi, Koordinator Bidang Tenaga Lanjut Usia Kemnaker saat ditemui Radio Lansia (10/9), menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas wirausaha bagi berbagai kelompok rentan. “Harapannya adalah tenaga kerja lansia potensial ini bisa bersaing di pasar kerja. Mengingat pada tahun 2021, Indonesia ini sudah memasuki aging population, di mana tenaga kerja lanjut usia sudah berada di atas 10 persen,” tuturnya.
“Nah, dengan adanya kegiatan pada hari ini, kami berharap bahwa tenaga kerja lansia potensial, bisa mendapatkan pengetahuan dan kompetensi terkait kegiatan kewirausahaan. Supaya mereka bisa memiliki kemampuan untuk berwirausaha dan kemudian bisa mengembangkannya untuk bisa meningkatkan perekonomian dalam kehidupan mereka sehari-hari,” lanjutnya.
Palupi juga menyoroti belum adanya regulasi yang mengatur perusahaan untuk mempekerjakan lansia. “Jadi untuk tahun ini, kami dari Kementerian Tenaga Kerjaan sedang berusaha menyusun regulasi terkait penempatan tenaga kerja khusus yang salah satunya adalah tenaga kerja lansia,” ujarnya.
“Saat ini memang sudah ada beberapa perusahaan-perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja lansia. Harapannya nanti ke depannya akan lebih banyak lagi perusahaan-perusahaan yang bisa membuka kesempatan kerja untuk tenaga kerja lansia,” ungkapnya.
Pelatihan ini disambut antusias oleh para peserta, salah satunya Ibu Sri Iswati (68 tahun) yang memiliki usaha Wedang Uwuh sejak masa pandemi COVID-19. “Yang paling berat sebenarnya cara pemasarannya. Karena pemasaran itu, ini kan tidak tahan lama, saya tidak punya pengawet atau apa. Ini memang benar-benar asli,” keluhnya.
Sri berharap pemerintah dapat membantu dalam hal permodalan. “Bentuknya, mau modal itu berbentuk barang atau berbentuk uang. Mungkin saya akan bisa memperkerjakan teman, sodara gitu kan,” harapnya.
Peserta lain, Iwan Ahmad Nirwana, pelaku industri kreatif daur ulang, juga menceritakan tantangannya. “Kendala utamanya simpel. Sebenarnya kita bermira itu terkadang terkendala oleh mindset. Mindset dari orang kita itu pertama kurang menghargai ya. Kurang menghargai artinya usaha-usaha yang berbasis daur ulang,” katanya. Ia berharap pemerintah lebih memperhatikan UMKM. “Ya, tolonglah diperhatikan ya. Karena UMKM itu, dari zaman ke zaman, itu pasti dianaktirikan ya,” imbuhnya.